(*) Silakan baca kisah tapak prahara sebelumnya di blog ini.
Segalanya tampak belum berubah, seolah tidak ada pertumbuhan dan pergerakan apapun selama lebih dari sebulan aku tinggalkan tempat ini. Terakhir kunjungan ku adalah saat pertaruhan hidup matiku menghadapi tapak prahara… suatu kekuatan maha dahsyat yang dimiliki oleh seorang yang kemudian ku tahu menamakan dirinya dengan sebutan Kyai Naga Geni.
Tak tahu apa yang membawa ku kemari…seolah ada bisikan yang kuat untuk menemukan sesuatu yang hilang. Suara bisikan itu masih terus mengumandang dikepalaku…bergumam…berbicara sesuatu dengan lirih, bahwa aku harus mendapatkannya…Tapi apa ? apa yang harus aku dapatkan dari tempat ini ? sebuah tanah kosong ditepi hutan, dengan kondisi porak poranda. Sebagian pepohonan tampak hangus terbakar.. bebatuan pecah berserakan, pokok-pokok dahan sebesar lengan berpatahan, dan menghitam…bahkan tanah pun masih tampak seperti sawah yang baru selesai dibajak..! sekilas terbanyang kembali pertempuran paling gila yang pernah ku alami ditempat ini sebulan lalu.. Walau sudah lewat sebulan, anehnya semua itu masih pada tempatnya..seolah waktu tidak bekerja disini. Seolah baru beberapa menit yang lalu pertempuran itu terjadi.
Tak tahu apa yang membawa ku kemari…seolah ada bisikan yang kuat untuk menemukan sesuatu yang hilang. Suara bisikan itu masih terus mengumandang dikepalaku…bergumam…berbicara sesuatu dengan lirih, bahwa aku harus mendapatkannya…Tapi apa ? apa yang harus aku dapatkan dari tempat ini ? sebuah tanah kosong ditepi hutan, dengan kondisi porak poranda. Sebagian pepohonan tampak hangus terbakar.. bebatuan pecah berserakan, pokok-pokok dahan sebesar lengan berpatahan, dan menghitam…bahkan tanah pun masih tampak seperti sawah yang baru selesai dibajak..! sekilas terbanyang kembali pertempuran paling gila yang pernah ku alami ditempat ini sebulan lalu.. Walau sudah lewat sebulan, anehnya semua itu masih pada tempatnya..seolah waktu tidak bekerja disini. Seolah baru beberapa menit yang lalu pertempuran itu terjadi.
Perlahan aku berjalan agak ke tengah lapang, dan berdiri disebelah sebuah batu padas hitam sebesar kerbau… Seluruh tubuhku serasa meremang saat terbayang kembali betapa dahsyatnya kedua tangan lawanku yang telapaknya merah membara, yang ayunannya menyambar-nyambar dengan udara panas yang terpancar dengan kuat dari tiap geraknya.. pancaran udara panas itu begitu tajam menusuk, seolah meresap keseluruh lapisan kulit, daging dan mencengkram tulangku..belum lagi panas yang ditimbulkan dari tubuhnya yang pada jarak tertentu membuat layu dedaunan dan tanaman disekitarnya.
Aku tercenung…rasanya memang hanya keajaiban yang membuatku sampai saat ini masih dapat merasakan hangatnya matahari pagi.
Aku berdiri tegak ditempat, kugeser kaki kanan ku selangkah kesamping. Perlahan ku tutup mataku, kurasakan semilir tiupan angin pagi, kudengarkan gesekan dahan dan ayunan daun dipepohonan…tidak ada kicauan burung ataupun suara hewan lain disini. Aku menikmati keadaan itu untuk beberapa lama, tanpa tau apa yang ku cari…sampai sebuah hentakan keras mengguncang dadaku….
Aku tercenung…rasanya memang hanya keajaiban yang membuatku sampai saat ini masih dapat merasakan hangatnya matahari pagi.
Aku berdiri tegak ditempat, kugeser kaki kanan ku selangkah kesamping. Perlahan ku tutup mataku, kurasakan semilir tiupan angin pagi, kudengarkan gesekan dahan dan ayunan daun dipepohonan…tidak ada kicauan burung ataupun suara hewan lain disini. Aku menikmati keadaan itu untuk beberapa lama, tanpa tau apa yang ku cari…sampai sebuah hentakan keras mengguncang dadaku….
…TAPAK PRAHARA !.....
Kesadaran itulah yang seolah meremas jantungku…. Kesadaran bahwa saat ini aku menginginkan Tapak Prahara lebih dari apapun didunia ini. Aku yang baru saja nyaris menjadi korban Tapak Prahara, Menginginkan untuk memilikinya…menguasainya… menjiwainya …menyatukan dengan seluruh jiwa ragaku…. Badanku menggigil hebat, kebingungan yang sangat mencekam pikiranku…kenapa… kenapa justru tapak prahara ? ilmu yang dibenci oleh orang-orang disekitarku, termasuk kedua guruku kakak beradik, bahkan eyang guru sendiri. Ilmu yang cenderung dihindari oleh mereka dalam benturan langsung… ilmu yang kemungkinan besar justru yang telah menewaskan ayahku sendiri. Bagaimana pula aku dapat menguasainya ? bagaimana dengan kemampuanku, yang selama ini hanya mengandalkan jurus seribu naga dan malaikat menari yang jauh dari sempurna itu, dapat menguasai ilmu ini ?
Hari itu, sampai matahari bergeser ke barat, dan aku kembali kerumah, aku belum dapat menemukan jawabnya… demikian pula hari-hari sesudahnya. Aku jadi lebih banyak termenung…latihan ilmu silat yang diberikan kedua guruku sudah tidak menarik minatku lagi. Ajakan bahkan ejekan dari teman-teman seperguruanpun hanya angin lalu. Aku merasa tidak mungkin membicarakan keinginanku ini dengan siapapun. Karena orang-orang sekitarku ini tentu akan mencemooh….Tapak Prahara sudah dianggap ilmu kotor…Tapak Praharapun dianggap ilmu yang maha dahsyat…sedangkan diperguruanku ini, kemampuanku masih jauh tertinggal dari teman-teman sebaya..walau, akulah satu-satunya orang yang justru pernah mengalahkan ilmu ini…justru dengan kepasrahanku. Teman-temanku, dan kedua guruku tidak pernah mengetahui bahwa aku sendiri lah yang sudah menghentikan Tapak Prahara yang dilontarkan oleh Kyai Naga Geni itu, karena aku selalu mengatakan kepada mereka bahwa Eyang Guru lah yang sudah menolongku mengalahkan ilmu ini. Merekapun mempercayainya, karena eyang guru semenjak peristiwa itu tidak pernah terlihat lagi dikediamannya. Waktu itu Eyang guru pergi sambil membawa tubuh lawanku yang sudah tak berdaya itu… sampai saat inipun beliau tak pernah menemuiku lagi. Sehingga, beliaupun tidak dapat aku mintakan pendapatnya atas keinginan gilaku ini. Pada suatu malam, Paman Nur, demikian kami biasa menyebut yang tertua dari kedua guruku, memanggilku di teras samping rumahnya yang besar, yang memang sering menjadi tempat kami berlatih. Saat aku mendatanginya, beliau sedang duduk diatas tikar pandan, diterangi oleh cahaya lampu minyak yang temaram…memandang kejauhan.
Hari itu, sampai matahari bergeser ke barat, dan aku kembali kerumah, aku belum dapat menemukan jawabnya… demikian pula hari-hari sesudahnya. Aku jadi lebih banyak termenung…latihan ilmu silat yang diberikan kedua guruku sudah tidak menarik minatku lagi. Ajakan bahkan ejekan dari teman-teman seperguruanpun hanya angin lalu. Aku merasa tidak mungkin membicarakan keinginanku ini dengan siapapun. Karena orang-orang sekitarku ini tentu akan mencemooh….Tapak Prahara sudah dianggap ilmu kotor…Tapak Praharapun dianggap ilmu yang maha dahsyat…sedangkan diperguruanku ini, kemampuanku masih jauh tertinggal dari teman-teman sebaya..walau, akulah satu-satunya orang yang justru pernah mengalahkan ilmu ini…justru dengan kepasrahanku. Teman-temanku, dan kedua guruku tidak pernah mengetahui bahwa aku sendiri lah yang sudah menghentikan Tapak Prahara yang dilontarkan oleh Kyai Naga Geni itu, karena aku selalu mengatakan kepada mereka bahwa Eyang Guru lah yang sudah menolongku mengalahkan ilmu ini. Merekapun mempercayainya, karena eyang guru semenjak peristiwa itu tidak pernah terlihat lagi dikediamannya. Waktu itu Eyang guru pergi sambil membawa tubuh lawanku yang sudah tak berdaya itu… sampai saat inipun beliau tak pernah menemuiku lagi. Sehingga, beliaupun tidak dapat aku mintakan pendapatnya atas keinginan gilaku ini. Pada suatu malam, Paman Nur, demikian kami biasa menyebut yang tertua dari kedua guruku, memanggilku di teras samping rumahnya yang besar, yang memang sering menjadi tempat kami berlatih. Saat aku mendatanginya, beliau sedang duduk diatas tikar pandan, diterangi oleh cahaya lampu minyak yang temaram…memandang kejauhan.
“Salam Paman…… Paman memanggilku ? Sapaku.
“ Duduklah…..” suara paman terdengar pelan dan dalam…
Aku duduk bersila diatas tikar, dua langkah didepan guruku itu, tanpa berkata sepatah kata pun. Setelah berbasa basi menanyakan kesehatanku, paman Nur menanyakan pertanyaan yang sudah ku duga sebelumnya, termasuk arahnya…. “Apa yang mengganggu pikiran mu….? Apakah kau merindukan eyang guru mu ?... aku hanya dapat membisu….aku tak ingin berdusta kepada paman, tapi tak ada pula keinginan menjelaskan hasrat dan pikiranku padanya….
Satu hal yang mengejutkanku adalah pernyataannya, walau suaranya terdengar pelan…. “aku tahu kau lah yang mengalahkan Kyai Naga Geni…” aku tetap berdiam diri, namun seribu pertanyaan bergolak didadaku… agaknya paman dapat membacanya dari sorot mataku…. “Eyang Guru datang menemuiku sebelum beliau menghilang”, kata paman lirih, lalu masih sama pelannya, beliau menyambung perkataannya “Eyang sudah menjelaskan semuanya…bagaimana engkau menguasai kemampuan mu yang luar biasa itu, sampai bagaimana engkau bisa mengalahkan lawan mu yang dahsyat itu..”. Aku mengerutkan keningku “Aku murid yang malas berlatih, guru….Aku mengalahkannya dengan tidak sengaja…waktu itu aku sudah pasrah, kemampuanku jauh dibawah lawan ku itu..” potong ku. Paman hanya tersenyum kecil mendengar ucapanku. Beliau kemudian meneruskan perkataannya ..”sejak awal aku sudah melihat bakat mu yang terpendam jauh didalam dirimu, ngger…tidak ada mahluk diseluruh desa ini yang memiliki bakat sebesar dirimu.. agaknya bakat itu turun dari ayahmu…” sambil melempar tatapannya kekejauhan, paman guru menyambung..” Dengan bakat sebesar itu, kami paman-paman guru mu, bahkan termasuk eyang guru mu, sebenarnya merasa tidak pantas memberimu pelajaran…semuanya yang sudah kami berikan adalah kemampuan yang tak berarti.. kami sebenarnya hanya berharap bisa mengantar mu menemukan kunci dari seluruh kemampuanmu. Setelah kau dapatkan kunci itu, bukalah… tak ada lagi mahluk didunia ini yang bisa menghentikan mu, bahkan tak ada yang bisa lagi menandingimu…” Aku terpaku ditempat dudukku..”guru, yang guru berdua berikan padaku, sangat banyak dan berguna…malah yang aku bisa capai mungkin belum ada separuh ilmu yang guru kuasai…apalagi ilmu dari eyang guru… bagaimana bisa guru merasa tidak pantas untuk mendidikku…? Bila kebodohan dan kemalasanku akhir-akhir ini menyinggung perasaan guru, aku mohon ampun…. Aku berjanji untuk memperbaiki diri…”kataku bergetar.. “lagipula, kalaupun guru merasa berat, kenapa sampai sekarang masih mengajariku ? kataku polos….Sekali lagi guru hanya tersenyum sambil mengangguk angguk kecil..”kau belum mengerti ngger..” sambungnya..”kami memang merasa tidak pantas, karena bakatmu yang luar biasa…tapi kami memang berkewajiban memastikan agar kau tidak jatuh ke tangan yang salah, yang akan berakibat engkau berada diarah dan jalan yang salah pula.., disamping itu, kau adalah putra satu-satunya dari almarhum kakak seperguruanku…” guru kemudian terdiam lama… aku pun termenung pula tanpa banyak mengerti apa yang harus kuucapkan, apa yang sebenarnya harus aku pikirkan… di kepalaku masih selalu terbayang Tapak Prahara… Tapi tak ada keberanianku untuk membicarakannya dengan paman guruku yang baik ini.
Suatu saat, dipagi yang hening, entah untuk keberapa kalinya aku mengikuti bisikan dikepalaku untuk berkunjung ke lapangan kecil bekas tempatku bertempur itu…tempat yang seolah beku oleh waktu, tidak bergerak, tidak ada pertumbuhan, telah menyadarkanku… menyadarkanku bahwa ditempat ini bisa kutemukan tapak prahara…tempat ini telah merekam segalanya.. telah merekam segala jurusnya, seluruh getar ilmunya…Setiap permukaan daun, tetesan embun dari pucuk daun, reruntuhan bebatuan, dahan-dahan yang hangus berserakan seolah bercerita kembali, memutar kembali rangkaian jurus dan ilmu Tapak Prahara secara sempurna. Dalam hembusan udara masih terbayang lontaran tubuh lawanku melayang dan menyerang …semuanya masih tergambar jelas dengan rinci. Tempat ini adalah guru yang sempurna bagi niatku… Inilah kunci dari ilmu yang dimaksud paman guru, pikirku..aku harus memasukinya, dan menguasainya hingga tuntas ! tekadku.
selanjutnya, hampir setiap hari dan setiap malam aku mengunjungi tempat itu…
Aku duduk bersila, kupusatkan seluruh panca inderaku…kutebarkan seluruh kesadaranku……..
AKu Berguru pada alam…….
Aku berguru pada merdunya getar dedaunan ….
Aku berguru pada rintik hujan yang menyegarkan……
Aku berguru pada halusnya embun di rerumputan….
Aku berguru pada tiupan lembut angin yang membelai……
Aku berguru pada kilatan petir yang memberikan sepercik terang digelap malam…
Aku berguru pada hangatnya api yang bersahabat…
Aku berguru pada buaian melodi dewa dewi
……..
Semua terasa indah…… Aah inikah tapak prahara… andai kutahu nikmatnya ilmu ini sebelumnya, tak hendak ku memikirkan hal lain…..
Namun, gejolak muda ku berkata lain…tapak prahara bukan ilmu orang-orang tua yang duduk sore sambil mengantuk mendengar kicau perkutut……
Aku terus mencari………..
……..Tak berlari…tak kemana-mana…..
Wahai……….
………………….Wahai………………….
Wahai………………………
………..Siapapun Kamu…………..Beri aku yang terdahsyat………..
…….Wahai badai yang menghantam….
…….. awan yang gelap……..
aku berguru pada mu sekalian….
Berguru pada mu…..
……..Wahai cakar yang mengiris…..
…………….Taring yang meringis……
Berguru pada mu…..
………Wahai karang yang kokoh……
………Wahai Padas yang menghujam……
Berguru pada mu….
………Wahai petir yang menghanguskan…..
………Wahai api yang membara……..
……….Wahai udara yang bergolak……
……… Wahai Air yang membuat terselak…
……….Wahai kabut yang pekat.....
......................dan Asap yang menghentikan nafas !.......
Aku Berguru pada mu Wahai Setan Alas, Iblis, Jin, Genderuwo,……
…… dan seluruh kuasa hitam…..……
Aku berguru……..
nyalakan Bara api Neraka mu…………………
(Tanpa aku sadari pengaruh kegelapanpun merasuki jiwa, nafas dan nafsuku….)
……………………………………………………
Setelah hampir 3 bulan berlalu, dan satu minggu terakhir aku habiskan tanpa jeda ditempat itu dengan nyaris tanpa sesuap nasi ataupun seteguk air… badanku pun terkapar tak berdaya. Dalam beberapa hari terakhir rupanya aku terlalu melihat kedalaman ilmuku tanpa memperdulikan keseimbangan tubuhku… tanpa memperhatikan makan dan minumku yang secara alamiah tetap dibutuhkan.. terutama setelah aku memeras seluruh tenaga dan pikiranku, memutar ulang tiap jurus, tiap gerak dan getar dari ilmu Tapak Prahara yang dahsyat itu.. Beruntung, hujan yang deras mengguyur tempat itu, air yang jatuh kuteguk sebanyak-banyaknya… menyegarkan kembali seluruh urat nadiku, memulihkan segenap tenagaku.
Aku berdiri tegak dengan mata menyala….. perlahan kedua telapak tangan ku yang mengembang dan membara terangkat….bersamaan dengan itu, batu hitam sebesar kerbau beberapa langkah didepan ku, bergetar hebat….. dan dengan satu hentakan batu tersebut pecah berserakan terlontar keudara…. Pecahannya menyebar kedepan dan keatas…batu-batu yang pecah menyebar tersebut menjadi panas dan membara, seperti baru dilontarkan dari gunung berapi yang meletus dahsyat… Sebelum batu-batu membara yang terlontar ke udara itu jatuh menyentuh bumi, sekali lagi kusilangkan, kuputar dan kuhentakan kedua tanganku dengan keras…akibatnya sungguh luar biasa… bebatuan panas membara itu seperti ditiup angin prahara,… taufan,… keras terlontar menghantam pepohonan besar di pinggir hutan itu…pepohonan itupun tumbang , dan sebagian lagi menyala karena panasnya api bebatuan tersebut…
Aku terdiam, hampir tak percaya menyaksikan kehebatan ilmu ini… ilmu yang dapat aku kuasai dalam waktu yang cukup singkat..namun aku yakin yang aku kuasai ini bisa jadi jauh lebih sempurna dari apa yang mampu dilakukan oleh Kyai Naga Geni sendiri. Sepanjang pertempuran ku melawan dirinya, aku tidak pernah merasakan hantaman prahara. Memang terasa getar udara yang menusuk dibarengi dengan panasnya api dari telapak tangannya..tapi hanya sebatas itu… kini aku mampu menyempurnakannya dengan mengembangkan inti ilmu prahara nya… dorongan dan putaran anginnya dapat menggoyangkan bahkan meremas sebuah batu besar… dorongan angin tersebut akan dapat melontarkan lawan keudara dan menjatuhkannya menghujam bumi…..
Aku tertawa keras menyadari kesempurnaan pencapaianku ini….
INILAH AKU SANG PENGUASA….
Aku berdiri tegak dengan mata menyala….. perlahan kedua telapak tangan ku yang mengembang dan membara terangkat….bersamaan dengan itu, batu hitam sebesar kerbau beberapa langkah didepan ku, bergetar hebat….. dan dengan satu hentakan batu tersebut pecah berserakan terlontar keudara…. Pecahannya menyebar kedepan dan keatas…batu-batu yang pecah menyebar tersebut menjadi panas dan membara, seperti baru dilontarkan dari gunung berapi yang meletus dahsyat… Sebelum batu-batu membara yang terlontar ke udara itu jatuh menyentuh bumi, sekali lagi kusilangkan, kuputar dan kuhentakan kedua tanganku dengan keras…akibatnya sungguh luar biasa… bebatuan panas membara itu seperti ditiup angin prahara,… taufan,… keras terlontar menghantam pepohonan besar di pinggir hutan itu…pepohonan itupun tumbang , dan sebagian lagi menyala karena panasnya api bebatuan tersebut…
Aku terdiam, hampir tak percaya menyaksikan kehebatan ilmu ini… ilmu yang dapat aku kuasai dalam waktu yang cukup singkat..namun aku yakin yang aku kuasai ini bisa jadi jauh lebih sempurna dari apa yang mampu dilakukan oleh Kyai Naga Geni sendiri. Sepanjang pertempuran ku melawan dirinya, aku tidak pernah merasakan hantaman prahara. Memang terasa getar udara yang menusuk dibarengi dengan panasnya api dari telapak tangannya..tapi hanya sebatas itu… kini aku mampu menyempurnakannya dengan mengembangkan inti ilmu prahara nya… dorongan dan putaran anginnya dapat menggoyangkan bahkan meremas sebuah batu besar… dorongan angin tersebut akan dapat melontarkan lawan keudara dan menjatuhkannya menghujam bumi…..
Aku tertawa keras menyadari kesempurnaan pencapaianku ini….
INILAH AKU SANG PENGUASA….
AKU PALING SEMPURNA SE DUNIA……..
KU KERINGKAN LAUTAN……..
KU RATAKAN PEGUNUNGAN…..
KU SINGKIRKAN DIRIMU
PENGHALANGKU…….
KARENA AKULAH SI RAJA …………
PENGUASA JAGAD RAYA……
…………………………………
……………………………………….
Baru saja menguasai ilmu ini, Rasanya Kerinduan terjawab sudah !!!! lalu apa ???
Bersambung….