Teman saya dari salah satu komunitas meditasi yang pernah saya ikuti, orang jawa asli, pernah mengajak saya melihat sanggar meditasi dirumahnya yang baru di renovasi. Sanggarnya cukup asri, karena terletak dipinggir kolam ikan yang suara airnya mengalir memecah bebatuan. Tetapi yang paling menarik perhatian saya, adalah sebuah pajangan unik berupa seekor burung kecil berwarna hitam dengan paruh kekuningan. Menjadi aneh dimata saya, karena baru di sanggar inilah saya melihat sebuah hiasan yang tidak lazim ditempatkan di sebuah ruangan, yang katanya biasa dipakai untuk ber meditasi.
“Itu namanya kampret, mas..” kata kawan saya saat melihat saya memandangi burungnya. Saya pikir dia hanya berseloroh…tetapi raut mukanya tidak pernah se serius itu sepanjang lima tahun saya berkawan. “Kalau diluar negeri, mungkin namanya jadi Batman...” sambungnya. Saya memang agak sulit membedakan bentuk burung itu dengan kelelawar…apalagi satu-satunya kelelawar yang saya sering lihat, Cuma yang jadi symbol batman itu. Lalu, mulailah teman saya ini dengan hikayat burungnya, yang konon amat bertuah bagi dirinya dan usahanya. Menurut teman saya, burungnya datang bersama mimpinya..maksudnya, dia bermimpi bahwa seorang tua datang memberinya seekor burung. Tapi jangan dipikir bahwa saat dia membuka mata, burungnya sudah berada ditangannya…belum… dia masih harus pergi ke pasar burung, hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya, dan mulai mencari seekor burung. Padahal, wujud burung tersebut didalam mimpi juga tidak jelas. Lalu bagaimana beliau ini bisa memilih burung kecil hitam itu diantara ratusan burung lain dipasar ? menurutnya, si burung “berbicara” pada teman saya itu. Timbul keyakinan dihatinya, ibarat sedang jatuh cinta.. yes, that’s it..this is the one that I want… begitu katanya. Singkat kata, burung dibeli dengan harga Rp.15.000,- harga yang menurut saya seharusnya bisa mendapat paling tidak 5 ekor !
“Apa kicauannya yang merdu yang bisa memberi inspirasi, mas ?” Tanya saya.. Tapi jawabnya makin membuat kening saya berkerut…”Sampeyan jangan salah, mas arief… si kampret ini sama sekali gak bisa bunyi !” ,.. Wah benar-benar kampret ! pikir saya..(saya sendiri mulai gak pasti, siapa yang saya maksud, burungnya atau dirinya). Teman saya ini mengatakan, bahwa dengan memandangi burung ini saja, selama dia bermeditasi (teman saya, bukan burungnya), akan terjadi dialog batin diantara mereka.. dimana dalam dialog sering ditemukan ide-ide dan ilham serta pemecahan dari masalah yang sedang dihadapinya. Segala masalah selalu di”bicarakan” dengan si kampret ini, selama meditasinya. Menurut teman saya ini, banyak hal yang bisa terpecahkan dalam dialog ini, dari masalah bisnisnya hingga keluarganya…usahanya makin maju berkat saran dari burungnya, katanya. Konon nama burung inipun, didapat dari si burung itu sendiri dalam dialog batinnya. Teman saya bilang, waktu burung nya itu masih hidup, walau di tawar seratus juta pun tidak akan dijual.. Suatu ketika, burungnya pun akhirnya mati (seratus juta pun melayang, pikir saya), tetapi dengan semangat untuk tetap mempertahankan siburung, akhirnya si kampret inipun diawetkan. Walau demikian, menurut teman saya, jiwa si kampret ini tidak pernah hilang, dan selalu ada untuknya. Sehingga sampai sekarang, dia masih melakukan dialog dengan jiwa si burung ini, serta masih banyak mendapat ide segar dari si burung.
Saya mencoba mencari logika dibelakang kelakuan unik kawan saya ini, bahwa pikiran kita terdiri dari alam sadar, dan bawah sadar. Dimana sebagian besar hidup kita justru dikontrol oleh bawah sadar ini. Alam bawah sadar ini sangatlah powerfull, dimana seluruh informasi yang masuk, bahkan sejak kita masih bayi, akan terus terekam dan tidak pernah akan terhapus. Tinggal bagaimana kemudian kita dapat memanfaatkan iinformasi itu, dengan kata lain, bagaimana kita dapat dengan cepat masuk ke alam bawah sadar ini, dan menggunakan informasi yang sudah tersedia disana se optimal mungkin. Saya pernah belajar penggunaan metode jangkar (anchoring), dimana kita menggunakan suatu alat, bisa berupa sikap/posisi tubuh, bunyi-bunyian, isyarat, atau doa dan dzikir untuk memasuki kondisi khusuk, yang akan mempermudah kita dengan cepat memasuki alam bawah sadar ini. Saya jadi menduga bahwa bisa dibilang sebenarnya teman saya ini menggunakan si kampret nya sebagai jangkar untuk memasuki dan mengakses informasi bawah sadarnya untuk kepentingan hidupnya. Namun ketika saya mencoba berteori, dia justru bilang…”Mas.., si Kampret iki adalah titisan leluhur..pasti leluhur ku ini orang pinter..yang bisa ngasih aku ide-ide… Tapi Sampeyan nek Ora Percaya, ya wis..”… Walllaaaah…..sementara teman-teman saya yang lain kadang menggunakan istilah “kampret” sebagai makian, ungkapan kekesalan karena sebuah kegagalan (baca: keberhasilan yang tertunda), tapi manusia jawa ini menggunakannya justru untuk keberuntungan…..
Oya, nama teman saya itu Andre. Bukan Andrea Hirata, teman saya ini jawa asli nama lengkapnya Andreas witono. Saya tidak khawatir dia membaca tulisan ini, karena dia pernah bilang pada saya bahwa dia tidak akan pernah ada waktu gabung dengan FB. Tapi entahlah, apa prinsipnya ini akan berubah jika si kampret membisikinya untuk gabung..
Salam.